Sejarah Desa

Cetak

Dalam rangka menyusun rangkaian peristiwa sejarah perlu adanya data data pendukung yang pasti, baik berupa bukti – bukti sejarah, maupun presasti presasti, serta saksi saksi yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam rangkaian sejarah tersebut.  Disamping itu  informasi dan fakta sejarah dapat pula diambil dari penuturan atau penyampaian  informasi terjadinya suatu rangkaian peristiwa sejarah  dari para pelaku sejarah, yang dituturkan secara turun temurun kepada generasi penerus yang kemudian menjadi sesepuh desa.

Dengan minimnya data dan fakta sejarah yang kami miliki di Desa Taman ini, maka penyusunan sejarah Desa Taman ini kami dasari atas penuturan dari sesepuh Desa, yang informasinya didapatkan dari  para pelaku sejarah Desa, yang dituturkan secara turun temurun. Tentunya dengan sistim ini mengandung kelemahan, sehingga faliditasnya tidak dapat dipastikan oleh karena data pendukungnya sangat minim. Untuk itu melalui kesempatan ini kami mohon kepada semua pihak, untuk dapat membantu kami dalam penyempurnaan sejarah Desa Taman ini.

Sebelum Desa Taman ini terbentuk, wilayah ini adalah merupakan daerah pertanian, perkebunan, dan kehutanan, yang merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Mengwi, dan merupakan wilayah Kemancan Abiansemal, bagian dari wilayah kerajaan Mengwi. Untuk mempercepat pertumbuhan Pembangunan Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik di wilayah ini maka maka Raja Mengwi mengangkat/ menugaskan I Gusti Lanang Dauh sebagai Manca di Kecamatan Abiansemal.

Sejak Kemancan Abiansemal di jabat oleh I Gusti Lanang Dauh, pertumbuhan Kemancan Abiansemal sangat pesat, melampaui pertumbuhan rata rata di seluruh Kerajaan Mengwi. Dengan demikian ketahanan ekonomi, sosial budaya dan politik di wilayah ini jauh lebih stabil dari pada Kemancan yang lainnya.  Hal ini  dikwatirkan oleh Raja Mengwi, akan dapat mengguncang stabilitas Politik di wilayah Kerajaan Mengwi, mengingat pertumbuhan yang ada di Kemancan Abiansemal, jauh lebih tinggi dari pada Kemancan yang lainnya, sehingga terjadi kesenjangan yang cukup lebar antara Kemancan Abiansemal dengan Kemancan lainnya di wilayah Kerajaan Mengwi.

Melihat hal tersebut, maka Raja Mengwi ingin memeratakan pertumbuhan Pembangunan di seluruh wilayah Kerajaan, dengan sistin pengenaan Pajak/  Utpeti di wilayah Kemancan Abiansemal. Dengan sistim pengenaan Pajak/Utpeti ini, nampaknya I Gusti Lanang Dauh selaku Manca di Kemancan Abiansemal, tidak sependapat dengan kebijakan Raja Mengwi, mengingat wilayah Kemancan Abiansemal adalah wilayah Kemancan termuda, dan masih banyak yang perlu dipacu pertumbuhannya dan bahkan I Gusti Lanang Dauh menginginkan adanya bantuan yang lebih besar dari Kerajaan  untuk dapat memacu lebih cepat pertumbuhan Pembangunan di wilayah Kemancan Abiansemal.

Dari sinilah asal mula perbedaan prinsip dan setrategi Politik antara Raja Mengwi dengan I Gusti Lanang Dauh selaku Manca Abiansemal. Hal ini berkelanjutan cukup lama, sehingga  suatu saat  I Gusti Lanang Dauh dianggap membangkang Perintah Raja, namun hal ini tidak muncul kepermukaan atau tidak disampaikan secara terus  terang oleh Raja mengwi, karena I Gusti Lanang Dauh cukup disegani dan kemampuan memimpinnya sangat baik, menjadi tauladan terhadap Manca Manca yang lainnya.

Dengan demikian,  I Gusti Lanang Dauh tidak mengetahui dirinya dicurigai membangkang oleh Raja Mengwi. Pada suatu saat di Kemancan Abiansemal ada Yadnya  yang perlu dilengkapi dengan tabuh rah / tajen. Waktu itu , I Gusti Lanang Dauh mengadu ayam aduannya, yang dibawa oleh parekan/ pesuruhnya, demikian pula dengan Raja Mengwi juga mengadu ayam aduannya, yang dibawa oleh Parekan/Pesuruhnya. Kebetulan sekali ayam aduan I Gusti Lanang Dauh, ketemu dan bertarung dengan ayan aduan Raja Mengwi.  Pada saat tersebut Ayam aduan Raja Mengwi dikalahkan oleh Ayam aduan I Gusti Lanang Dauh.   Raja Mengwi tidak terima ayam aduannya dikalahkan oleh ayam aduan I Gusti Lanang Dauh, sehingga mengajukan protes kepada saye(  Wasit Tejen ). Saye ( wasit tajen) telah memberikan penjelasan aturan main  yang berlaku di tajen, namun Raja Mengwi tidak terima akan hal tersebut. Kesempatan inilah yang dipergunakan oleh Raja Mengwi, sebagai alasan bahwa I Gusti Lanang Dauh memang benar membangkang, sesuai dengan apa yang dicurigai oleh Raja selama ini, dan dengan alasan tersebut maka Raja Mengwi mengerahkan Pasukan tempur, untuk menyerang Kemancan Abiansemal, guna menangkap  I Gusti Lanang Dauh.

Sangat kaget  I Gusti Lanang Dauh  pada saat itu, ketika beliau melihat ada Pasukan Tempur Kerajaan Mengwi telah siaga menyerang. I Gusti Lanang Dauh tidak pernah merasa mempunyai permasalahan dengan Raja, sehingga I Gusti Lanang Dauh berkeberatan untuk ditangkap, dan mengadakan perlawanan. Oleh karena I Gusti Lanang Dauh dalam keadaan tidak siap, dan Pasukan Tempur Raja Mengwi telah dalam keadaan siaga tempur, maka terjadilah pertempuran yang tidak seimbang.  Mengetahui keadaan tidak seimbang, maka I Gusti Lanang Dauh berusaha menggeser lokasi pertempuran ke arah persawahan, guna memberi kesempatan kepada anak naknya untuk menyelamatkan diri. Disawah disebelah selatan Desa Abiansemal, I Gusti Lanang Dauh melakukan perlawanan habis habisan. Dan Akhirnya I Gusti Lanang Dauh Gugur ditumbuk dengan lu(alu), dan sampai saan ini sawah tersebut dinamai Munduk Subuk.

Selanjutnya anak anak dari I Gusti Lanang Dauh, sempat menyelamatkan diri. Satu orang meloloskan diri ke arah utara, berlindung di daerah perkebunan ( tegal), dan tempat tersebut sekarang dinamai Banjar Tegal (Desa Selat), dan kemudian pindah ke Grana (Desa Sangeh). Sedangkan yang dua orang meloloskan diri ke arah timur, menuju wilayah Kerajaan Sukawati, mohon swaka politik kepada Raja Sukawati. Raja Sukawati memberikan swaka politik, kepada I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman, dan ditempatkanlah beliau berdua di suatu tempat, untuk ditugaskan memimpin dan mengembangkan wilayah tersebut untuk menjadi pemukiman penduduk. Berkat kemampuan memimpin beliau berdua, maka wilayah tersebut bekembang dengan pesat dan tata ruangnya sangat asri bagaikan Taman. Pada kesempatan inspeksi wilayah,   Raja Sukawati berkunjung ke tempat tersebut dan beliau memberi nama tempat tersebut, dinamai Desa Taman.

Desa Taman terus berkembang dengan pesat, bahkan melampaui perkembangan desa desa  lainnya yang ada wilayah Kerajaan Sukawati. Hal ini mengundang kecemburuan pimpinan pimpinan wilayah lainnya yang berada di wilayah Kerajaan Sukawati, sehingga suatu saat I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman dipitnah atau dibuatlan laporan palsu kepada Raja oleh  pimpinan wilayah yang merasa tidak puas dengan  I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman, yang laporannya mengatakan bahwa : I Gusti Lanang Made Dan I Gusti Lanang Nyoman akan mengadakan Pembrontakan terhadap Raja Sukawati. Berdasarkan laporan tersebut Raja Sukawati sangat marah dan mengerahkan Pasukan Tempur untuk menangkap I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman. Tidak bisa dihindari pertempuranpun terjadi, dan pada saat pertempuran tersebut perut dari I Gusti Lanang Made terkena  sabetan keris pusaka Raja Sukawati, yang mengakibatkan ususnya terurai keluar, segera dibalut dengan pepetet (Ikat Pinggang), tempat tersebut selanjunya dinamai Taman Usus Embud aluas Taman Ubud.

I Gusti Lanang Made  dan I Gusti Lanang Nyoman sempat meloloskan diri ke arah barat, di daerah hutan yang keramat. Disana I Gusti Lanang Made  dan I Gusti Lanang Nyoman  mohon perlindungan kepada Tuhan, dan beliau mendapat anugrah dari Dewata, yang selanjutnya tempat tersebut dibri nama Kedewatan. Setelah mendapat anugrah dari Dewata beliau melanjutkan perjalanan ke arah selatan, yang tujuannya akan menyeberang tukad Ayung. Oleh karena beliau dalam keadaan terluka  dan darahnya cukup banyak tercecer, maka rasa hausnya tidak tertahankan dan tidak ada yang dapat diminum untuk mengurangi rasa haus tersebut, selanjutnya tempat tersebut diberi nama Sayahan ( Desa Sayan ).  Dengan tertatih tatih  I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman  melanjutkan perjalanan ke arah selatan, sampai disuatu tempat beliau dihadang oleh Pasukan  Raja Sukawati yang sakti sakti ( mampu menggunakan aji pengiwan( blac magik ), untuk memerangi I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman. Oleh Karena I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman telah mendapatkan anugrah dari Dewata, maka beliau dapat mengalahkan musuhnya, dan dapat meloloskan diri melanjutkan perjalanan menyeberangi Tukad Ayung. Setelah sampai disebelah barat Tukad Ayung yang merupakan wilayah kekuasaan Raja Mengwi, maka Pasukan Tempur Raja Sukawati tidak  mengejar lagi.

Setelah berada di sebelah barat Tukad Ayung, I Gusti Lanang Made Dan I Gusti Lanang Nyoman  istirahat, merapikan  ikatan luka di perutnya, dengan menggunakan  destar (Ikap Kepala), tempat tersebut selanjutnya dinamai Desa Bongkosa ( Desa Bongkasa). Setelah dirasakan cukup istirahat, perjalanan dilanjukan ke arah barat, sampai di alas salak. Ditengah tengah alas salak inilah I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman membangun tempat tinggal, dan melalui saudaranya yang  terkecil yang  dahulu meloloskan diri ke arah utara dan tinggal di Tegal ( Desa Selat ), memohon swaka politik dan pengampunan kepada Raja Mengwi. Berdasarkan permohonan tersebut Raja Mengwi memberi pengampunan, dan mengijinkan I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman membuka pemukiman di alas salak tersebut.

Mengingat lokasi alas salak tersebut jauh dari sumber mata air, maka tempat pemukiman  beliau dipindahkan ke arah selatan, guna lebih dekat dengan sumber mata air, selanjutnya alas salak tersebut dinamai  Tebejero, oleh karena tempat tinggal I Gusti Lanang Made dan I Gusti Lanang Nyoman sudah pindah ke arah selatan.  Di tempat yang baru ditata sedemikian rupa tata ruangnya, menyerupai penataan di Taman Ubud, dan tempat yang baru ini diberi nama Desa Taman.

Demikianlah sekelumit sejarah singkat Desa Taman ini dapat kami sampaikan, mudah mudahan ada manfaatnya. Tentunya sejarah ini masih jauh dari sempurna karena tidak didukung oleh data dan fakta sejarah yang akurat, hanya berdasarkan penuturan dari sesepuh Desa, yang diketahuinya melaui penuturan secara turun temurun. Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami mohon bantuan semua pihak untuk dapat menyempurnakan sejarah Desa Taman ini.